Senin, 01 Agustus 2011

Harmony





Jalur Bersepeda Nawit, di Bekasi

Berawal dari informasi dari para goweser di Bekasi dan beberapa kali membuka artikel trip report dari para goweser yang pernah mencoba track cross country ini, maka saya mengundang beberapa teman  dari PT Jasa Marga untuk mencoba jalur ini, dan  Rabu, 20 Juli adalah hari yang kami sepakati untuk  melakukan perjalanan ini.Jam keberangkatan yang kami rencanakan pk 07:00 pagi harus tertunda karena teman2 yang datang dari Tangerang, Depok, Cibubur, Pondok Gede, dan Condet harus melakukan beberapa persiapan dari rumah masing2 dan  jarak tempuh yang lumayan jauh menuju ke Bekasi.Selain itu beberapa dari kami adalah pemula dalam bersepeda.
Setelah semua peserta berkumpul maka pada pk 08;30 rombongan siap berangkat dari toko/bengkel sepeda Pak Saiful di Perumahan Mutiara Gading Timur, kami dikawal oleh Pak Saiful dan tiga orang temannya sehingga jumlah kami semua menjadi 11 orang, dan kami mendapat kehormatan mencoba jalur ini dengan ditemani oleh Pak Saiful yang pertama kali menemukan jalur ini.


Track berdebu di tepi danau
Satu jam pertama kami melintasi danau Cibeureum di kawasan perumahan Grand Wisata dan langsung menembus perkampungan penduduk asli dan  kami disuguhi pemandangan alam yang tidak pernah kami duga sebelumnya bahwa di Bekasi yang selama ini saya lihat adalah adalah lingkungan perumahan BTN dan property yang sudah semakin meluas, namun pada saat melakukan perjalanan ini kami seperti memasuki “dunia lain” yang berbeda dengan dunia keseharian kami.


Pk 09;30 rombongan sudah menembus Jalan Raya Setu dan langsung berbelok memasuki pelosok perkampungan yang lebih dalam, pada sesi ini suasana kampung makin terasa, kesunyian dan keheningan daerah yang kami lintasi membuat kami merasa sudah sangat jauh dari tempat kami melakukan start, yang  baru saja kami lakukan satu jam yang lalu. Rombongan tidak banyak berbicara, terkadang dikeheningan hanya terdengar desahan nafas kami sendiri yang mulai terengah-engah setelah melahap tanjakan pertama dekat persawahan. Di jalur ini ada beberapa tanjakan yang harus dilewati sebelum sampai di Nawit. Kami beruntung pada saat matahari mulai terik rombongan sudah memasuki track yang rimbun oleh pepohonan dari kebun rambutan milik penduduk, sehingga sinar matahari tidak begitu terasa.

Setelah melakukan perjalanan selama 2 jam kami memutuskan untuk beristirahat di sebuah rumah panggung tua di bawah kerimbunan pohon bambu, dan membuka perbekalan kami berupa pisang rebus dan kacang rebus yang telah disiapkan oleh teman2. Setelah merasa cukup istirahat kami melanjutkan perjalanan melintasi di antara rumah2 penduduk,  dan beberapa kali kami harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada saat berbelok melintasi  ujung2 genteng rumah mereka. Sambutan dan keramahan yang kami dapatkan dari para penduduk di sini sungguh tidak kami sangka, ‘sapaan selamat pak..’  siang yang tulus dari mereka menyambut kami dari teras2 rumah mereka, membuat kami merasa terkejut, sungguh luar biasa.
Jembatan Pertama
Keluar dari keramahan penduduk kampung, kami mulai memasuki kerimbunan pepohon salak yang membuat kami beberapa kali harus merunduk melintasi dedaunan yang menghalangi lintasan yang berkelok2 menanjak dan menurun. Di Kerimbunan hutan salak yang lebat ini sangat teduh teduh sehingga sinar matahari tidak mampu menembus sampai ke tanah. Di hutan ini saya sangat ingin mengambil photo dan membidik teman2, tapi sulit saya lakukan karena suasana gelap dan tidak ada space untuk berhenti ditambah lagi teman2 di depan dan belakang yang menggowes dengan kecepatan yang lumayan yang membuat saya khawatir  terjadi tabrakan beruntun
Jembatan kedua

Setelah melintas hutan salak yang teduh kami memasuki hutan bambu yang tidak kalah menarik, track yang sempit diantara tebing dan jurang kecil di sisi kami tidak membuat teman2 mengurangi kecepatan, hanya saja kami harus sering saling mengingatkan pada saat berbelok di turunan yang licin oleh ketebalan daun2 bambu kering di tanah yang ramai berbunyi pada saat dilindas oleh ban sepeda kami.

Pk 11:00 kami memasuki daerah yang agak terbuka dari kerimbunan sehingga terik matahari mulai kami rasakan setelah melintasi jembatan bambu yang pertama ternyata sekali lagi kami harus melintasi sebuah jembatan bambu yang lebih besar dan rombongan harus melintas bergantian.

Pemandangan sebelum Finish